Langsung ke konten utama

Postingan

DIKLATJUT DIVISI GUNUNG HUTAN : RENUNGAN DALAM MEDAN TERJAL

"Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya." ~Soe Hok Gie               “Pencinta Alam”, kalimat yang mudah diingat dan dekat dengan kehidupan ; Cinta dan Alam. Menjadi bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia hari ini. Tumbuh menjadi suatu organisasi yang memiliki sikap “politis” dan tegas pada filosofi ideologis tentang arah warna yang akan di bawahnya dalam membentuk kader dan individu. Demikian hadirlah Pendidikan dan Pelatihan Lanjutan (Diklatjut) Angkatan XXXVII “Amor Fati” Sintalaras UNM, sebagai bagian dari pewarisan semangat pencinta alam menjadi harapan baik dalam penyatuan sikap praktis dan pemahaman teoritis dalam divisi peminatan Gunung-Hutan : bernavigasi lebih dari sekedar kemampuan taktis lapangan---melainkan kontrol diri dan pikiran yang matang dalam menentukan tujuan, beserta segala konse...
Postingan terbaru

DIKLATJUT "PANJAT TEBING" : MEMANJAT DAN TERJATUH DALAM REALITAS PETUALANGAN HARI INI

“Bagiku, ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasakan kedukaan . Tanpa itu semua, kita tidak lebih dari sekadar benda. Berbahagialah mereka yang masih menyimpan cinta, yang belum kehilangan pusaka paling bernilai itu. Sebab jika ia lenyap, absurdlah hidup kita.” ~ Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran .         Kutipan itu menjadi pengantar yang tepat bagi perjalanan kami. Sore menjelang sunyi, rombongan peserta Pendidikan dan Pelatihan Lanjutan Angkatan XXXVII “Amor Fati” Sintalaras UNM tiba di kawasan rimbun bambu, sebuah dusun di Desa Tanete, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Di sinilah proses belajar berlangsung, bukan hanya sebagai jenjang kaderisasi lembaga, melainkan juga sebagai perjalanan batin dan praksis sosial-ekologis.  Diklatjut bukan semata forum peningkatan keterampilan teknis, melainkan wadah untuk menajamkan kesadaran. Ketua tim kerja, Andi Misbah—akrab disapa Al...

GENERASI BARU SINTALARAS : MENENTUKAN JALAN SUNYI DARI GATE CORNER

“ Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”- Pramoedya A. Toer      Sebut saja, Gate Corner . Sebuah tempat sederhana, lahirnya aneka cerita yang bertumbuh menjadi romantisme perjalanan dan dinamika organisasi--terekam dari setiap kemesraannya. Terletak di lantai dasar Pusat Kegiatan Mahasiswa UNM, tepat di sisi sudut gazebo yang remang-remang. Tempat yang mengubur ekslusifitas dengan dialog hingga percakapan biasa-biasa saja. Tidak ada hal spesifik tentang keistimewaan mengenai tempat ini, begitu sederhana, kecuali dinding yang di cat berwarna hitam dengan aksen hijau gelap, mirip warna lumut yang samar-samar.      Namun, di balik romantisme itu, sebenarnya adalah bagian dari saksi bisu rangkaian panjang perjalanan hidup dan pemaknaaan sebuah identitas setiap generasi dari Sintalaras. Menyaksikan setiap tonggak di wariskan---gagasan besar bersama cita-cita yang dapat diraih ataupun...

REFLEKSI HARI LINGKUNGAN HIDUP SE-DUNIA : KOLABORASI AKSI LINTAS GENERASI

  Sebagai bentuk refleksi hari lingkungan hidup sedunia, UKM SINTALARAS UNM adakan kegiatan Diskusi Publik dan Aksi Menanam di Kawasan Hutan Pinus Lembanna Malino dengan mengusung tema "Ekosistem Hutan dan Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup di Kaki Gunung " . Kegiatan ini tidak lain sebagai bentuk aksi nyata untuk menimalisir terjadinya kerusakan hutan, mengenal berbagai zonasi hutan khususnya di Gunung Bawakaraeng, dan upaya-upaya jangka panjang dalam melakukan konservasi. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dari hari Sabtu, 28 Juni 2025 hingga hari Minggu, 29 Juni 2025 di buka langsung oleh Dewan Pembina Sintalaras UNM, pada sore hari pukul 16.45 WITA. Ketua Teamwork, Riska Aulia atau yang akrab di sapa Silika menuturkan bahwa “Kegiatan ini adalah bentuk kolaborasi dari lintas generasi dengan beberapa latar belakang organisasi yang berbeda-beda. Tak lain sebagai bagian dari upaya sosialisasi yang menyeluruh agar nilai-nilai edukasi dari kegiatan ini dapat sampa...

PERANG DUNIA KETIGA DI DEPAN MATA : MEMBACA DAMPAK EKOLOGI HINGGA NAMA KEMANUSIAAN DI ATAS SEGALANYA.

  Setelah debu mereda dan senapan bungkam di akhir 1918, Eropa tidak hanya mewarisi luka sosial dan politik, tetapi juga bentang alam yang koyak dan bisu. Padang hijau yang dahulu dihuni oleh burung-burung dan rerumpatan kini menjadi hamparan kawah berlumpur yang tak mengenal musim. Di hutan-hutan yang pernah rindang di Belgia dan Prancis, deretan pohon rebah seperti prajurit gugur tanpa nama. Tanahnya berbau logam dan kematian—terinfeksi oleh senyawa kimia yang ditanam manusia dalam semangat kemenangan. Sejarah kelam Perang Dunia pertama yang mencatatkan bahwa pada awal abad ke-20, Eropa adalah daratan yang gemetar oleh ambisi dan ilusi keagungan. Kekaisaran-kekaisaran besar—Britania, Austro-Hungaria, Jerman, dan Rusia—berlomba-lomba membentangkan pengaruhnya, tidak hanya melalui diplomasi dan ekonomi, tetapi juga dengan ekspansi militer dan penaklukan wilayah. Dunia dipandang sebagai ruang yang bisa dipetakan, diklaim, dan dieksploitasi. Dalam bingkai sejarah ini, manusia bu...

Ekologi : Melihat Kekejaman Negara Terhadap Degradasi Lahan Yang Terjadi Hari Ini

       Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan data, lebih dari 40% penduduknya bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Bentang alam Indonesia yang dilalui barisan pegunungan dan iklim tropis yang mendorong pelapukan batuan menjadikan tanahnya subur dan cocok untuk budidaya. Dengan kekayaan alam yang demikian besar, seharusnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangannya secara mandiri—tanpa ketergantungan pada impor bahan pangan dari luar negeri.      Namun, realitas yang dihadapi justru sebaliknya. Negara, melalui berbagai instrumen kekuasaan seperti undang-undang, regulasi, hingga kerja sama dengan investor asing, telah membuka celah yang sangat lebar terhadap eksploitasi sumber daya alam. Tambang, proyek infrastruktur besar, kawasan industri, hingga megaproyek seperti food estate  dan Ibu Kota Negara (IKN) menjadi bukti nyata alih fungsi lahan yang masif—mencabut petani dari akarnya, dan mengubah lahan pe...

Ekologi : Membaca Kapitalisme di Raja Ampat dalam Cengkeraman Oligarki

             Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri ekstraktif di Raja Ampat bukanlah sekadar tragedi ekologis, melainkan gejala dari sistem kekuasaan yang mengakar. Isu ini tidak dapat dipahami hanya sebagai konflik antara pembangunan dan konservasi, melainkan sebagai bentuk aktual dari kapitalisme global yang beroperasi melalui persekutuan antara negara dan oligarki domestik. Dalam konteks ini, ekologi menjadi medan kuasa tempat eksploitasi sumber daya dan penindasan sosial berjalan beriringan. Tulisan ini bertujuan membongkar struktur kapitalisme di balik proyek tambang nikel di Raja Ampat, serta menunjukkan bagaimana praktik tersebut merepresentasikan bentuk baru kolonialisme yang berkelindan dengan politik oligarki. Lebih jauh, tulisan ini menawarkan pembacaan alternatif melalui lensa deep ecology dan anarkisme ekologi , yang menantang paradigma dominasi terhadap alam dan masyarakat. Kapitalisme tidak hanya mengeksploitasi ten...