STL INFO - Belum lama ini mahasiswa pencinta lingkungan hidup selaras (SINTALARAS) UNM, merayakan hari lahirnya yang ke-36. Ada seminar lingkungan di Ballroom Menara Pinisi tanggal 15 Desember, dan Family Gathering beserta penanaman pohon dilakukan tepat pada perayaan puncak hari lahir Sintalaras, unit kegiatan mahasiswa tingkat Universitas Negeri Makassar (UNM) yang dilaksanakan di Kampung Kopi Pattalassang, Kab. Gowa, Minggu, 20 Desember 2020.
Laiknya pesta ulang tahun pada umumnya dengan nuansa suka-cita, ada rindu yang mendalam bagi keluarga besar Sintalaras pada sosok almarhum Ayahanda Hallaf Hanafi Prasad dan Kakanda M. Nur Zakaria Leo. Beliau adalah pendiri, sekaligus penasehat dan pembina yang tercatat dalam catatan emas organisasi pencinta alam dan lingkungan hidup yang dahulu dirintis di Jurusan Geografi IKIP Ujung Pandang tahun 1984 ini.
Dalam guratan memori penulis, kerinduan akan hadirnya almarhum dalam suka-cita itu terselip duka yang mendalam karena biasanya beliau akan selalu memberikan pencerahan dan motivasi pada setiap perayaan Harlah Sintalaras dilaksanakan.
Ayah Hallaf sang Guru Spiritual Kebanggaan Kami
Sosok bapak yang menanamkan nilai-nilai kerohanian dan batiniah sebagai pembungkus utama dalam kecerdasan intelektual & emosional anggota Sintalaras sebagai landasan pacu dalam menjalankan roda keorganisasian.
Spiritualisasi dalam ber-Sintalaras menjadi pra syarat dan pintu awal dari beliau sebagai bahan rujukan dan pengambilan keputusan yang terkadang jauh dari nalar manusia normal pada umumnya bagi pengurus dan anggota Sintalaras lainnya.
Hadir dengan kesederhanaan, bergurau dalam kerangka pemikiran filosofisnya, memberikan kita pengalaman belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang menjadi sebagian kecil warna almarhum Ayah Hallaf kala itu. Segelas kopi hitam dan rokok Djarum Super adalah request almarhum ketika menyambangi anak-anaknya di sekretariat atau di lokasi kegiatan.
Tenaga dan energinya sudah tidak seperti masa mudanya dulu yang mampu mengembara dan mendampingi mahasiswanya ke lapangan.
Tapi, ketika topik perbincangan tentang Sintalaras yang dibahas, sampai subuh sekalipun almarhum siap meladeni.
Termasuk, ketika bertamu di kediamannya, 1x24 jam pintu rumah almarhum terbuka lebar untuk anak-anaknya dari Sintalaras.
“Saat malaikat maut bertanya apa yang paling berharga dalam hidupmu? Beliau berkata saat saya mendirikan sebuah organisasi bernama Sintalaras, tempat berkumpul menyatukan visi-misi tentang kecintaan dan kepedulian lingkungan hidup” adalah penggalan kata almarhum Ayahanda Hallaf Hanafi Prasad, yang merupakan Guru Spiritual kebanggaan kami.
Kakak Leo yang Supel dan Suka Menolong
“Tempa Rong” istilah Almarhum kakak Leo sapaan akrab M. Nur Zakaria Leo, yang merupakan ketua pertama Sintalaras UNM. Dari sejarah masuknya penulis di organisasi ini, almarhum termasuk ketua pembina terlama yang tandatangannya begitu dikenal oleh birokrasi UNM karena sering dipakai dalam persuratan resmi Sintalaras dan UKM lainnya dimana almarhum menjadi pembinanya.
Mudah bergaul dan menyesuaikan diri menjadi karakter almarhum yang mengantarkan dirinya cukup tenar dalam berbagai perkumpulan atau organisasi yang ada di Sulsel. Identitas Sintalarasnya begitu melekat pada dirinya di manapun almarhum berada yang secara tidak langsung nama Sintalaras pun menjadi harum namanya untuk tataran birokrasi kampus maupun pemerintahan.
Selalu mencairkan suasana dan kedermawanan almarhum begitu teringat ketika menyebut nama beliau.
Sesibuk apapun almarhum ketika berkunjung ke ruang kerjanya atau diundang dalam kegiatan Sintalaras, almarhum begitu antusias dan terkadang dalam momen tertentu almarhum lebih dahulu tiba di lokasi ketimbang pengurus Sintalaras sendiri.
Almarhum mampu menempatkan perannya sebagai bagian Sintalaras dan membuang jauh-jauh embel jabatan birokrasi kampus dan organisasi eksternalnya.
Ilmu yang ditransfer beliau pada penulis seperti ilmu negosiasi dan lobi, ilmu protokoler, komunikasi birokrat dan ilmu The Power of Kepepet yang berarti cekatan dalam pengambilan keputusan menjadi pengalaman bermakna dan diterapkan kala almarhum selalu ditunjuk menjadi moderator forum resmi Sintalaras dengan mengundang tokoh pemerintahan di mana kesigapan satgas sangat rendah dalam menyajikan acara formal demi menyelamatkan wajah Sintalaras saat itu.
Ketika almarhum berada di radius terdekat sekretariat Sintalaras, almarhum selalu mengunjungi penghuni sekretariat dan menggunakan istilah “ada uang panasku, ajak teman-temanmu makan sama-sama,” adalah kelakar almarhum, padahal isi amplop yang dikeluarkannya adalah hasil dari menguji mahasiswanya.
Motivasi kesintalarasan almarhum ketika bicara di depan banyak orang “Sintalaras akan bubar jika langit sudah terbelah dan tanah ini sudah menenggelamkan seluruh isi yang ada di dalam bumi” menjadi pembakar semangat untuk selalu menjaga muruah Sintalaras sebagai rumah belajar dan tempat menempa diri yang begitu berpengaruh besar dalam sejarah perjalanan hidup ini.
Untuk almarhum Ayah Hallaf dan Kak Leo, kami Ananda dan Adinda Sintalaras yang telah menikmati buah dari semaian yang kamu tabur. Kuobati kerinduan ini dengan melantunkan doa yang mendalam untukmu agar kamu damai dan diterima di surga-Nya. Aamiin.
(oleh: RM.431)
Komentar
Posting Komentar