Oleh : Hallaf Hanafi Prasad
Kutapaki jejak-jejak berlumut kabut
Terbungkuk-bungkuk dibawah ransel
Diatas lutut-lutut gemetaran…!!!
Dalam hembusan nafas penuh keringat
Kumeniti punggung-punggung bumi
Kumelata pada
dinding-dinding ngarai
Bergelantungan pada akar-akar tetumbuhan
Berselimut pada awan bermandi hujan…
Kalau malam ini kunyalakan api unggun,
Biarlah kubakar kebekuan cintaku
Kuhangatkan dengan dendam rinduku
Dalam dekapan alam yang berbisik..
Kau dengar…..kau dengar….
Dekatlah kemari,,,,kemarilah…
Biar kurangkul kehalusan maknawi
Biar kau kuteguk secawan air mata bening..
Disini berpadu tetesan-tetesan darah kesucian
Apakah juga kau nikamati getaran-getaran kehalusan dari makna sebuah kehadiran?
Apakah kau juga peka pada elusan-elusan tangan-tangan para pencinta??
Ooooooooooh SINTA !
Akulah RAMA !!
Tetaplah pada kebeningan hati
Lalu katubkan kedua kelopak matamu dalam hembusan nikmat pagi hari
Biar sang surya jadi saksi dan penghulu..
Biar kulingkarkan cincin mandala pada tubuhmu..
Biar para angkara murka tak mampu lagi menjamah keasrian tubuhmu..
Agar deru mesin teknologi tak mampu lagi mengotori kelestarian diwajahmu..
Kalau malam ini kutundukkan wajahku…
Pada tanah asal kejadianku
Pada air sumber kehidupanku..
Biar dari sana hatiku mendengar
Tentang riwayat setetes air
Sebelum ia lepas dari sulbi ayah-ayah mereka…!!
Sang Rob bertanya : ALASTU BIRABBIKUM ?
Iapun menjawab : (KAALU BALAA) SYAHIDNA YA ALLAH !
Dari setetes air lalu kujadikan segumpal darah
Lalu segumpal daging, lalu disempurnakan kejadiannya.
Ditiupkan ruh-Nya…
Kalau malam ini kurundukkan wajah akalku,
Pada tanah yang menyusun tubuhku,
Pada air yang mengalir disekujurnya,
Pada gas yang mengantar gas energinya,
Pada api yang hangat dalam tegaknya.
Kalau pada malam ini, kemudian kutengadahkan wajahku,
Kutengadahkan telapak kalbuku,
Kutatap langit kutatap bintang-bintang..
Pada samudra yang menyimpan hakekat-hakekat,
Biarlah bisikan kalbu ini menggelegar di alam semesta,
Diantar oleh derunya ombak, derunya badai
Lalu terukir pada tebing-tebing batu.
Jawablah kalau aku Tanya…!!!
Apa beda ketika aku dalam dekapan rahim ibuku,
Dengan kini aku dalam dekapan rahim alam lingkunganku ???
Jawablah wahai nuraniku yang tak pernah bohong..
Sejujur kebeningan embun pagi yang tak pernah marah…!!!
Oooooohh SINTA…
Akulah RAMA..!!
Kau dan aku adalah satu..
Satu dalam makna kehadiran,
Satu dalam makna penapilan,
Karena kau dan aku adalah satu bukti keberadaan SANG PENCIPTA
TERLAHIR DARI HAKEKAT AR-RAHMAN AR-RAHIM.
Kutapaki jejak-jejak berlumut kabut
Terbungkuk-bungkuk dibawah ransel
Diatas lutut-lutut gemetaran…!!!
Dalam hembusan nafas penuh keringat
Kumeniti punggung-punggung bumi
Kumelata pada
dinding-dinding ngarai
Bergelantungan pada akar-akar tetumbuhan
Berselimut pada awan bermandi hujan…
Kalau malam ini kunyalakan api unggun,
Biarlah kubakar kebekuan cintaku
Kuhangatkan dengan dendam rinduku
Dalam dekapan alam yang berbisik..
Kau dengar…..kau dengar….
Dekatlah kemari,,,,kemarilah…
Biar kurangkul kehalusan maknawi
Biar kau kuteguk secawan air mata bening..
Disini berpadu tetesan-tetesan darah kesucian
Apakah juga kau nikamati getaran-getaran kehalusan dari makna sebuah kehadiran?
Apakah kau juga peka pada elusan-elusan tangan-tangan para pencinta??
Ooooooooooh SINTA !
Akulah RAMA !!
Tetaplah pada kebeningan hati
Lalu katubkan kedua kelopak matamu dalam hembusan nikmat pagi hari
Biar sang surya jadi saksi dan penghulu..
Biar kulingkarkan cincin mandala pada tubuhmu..
Biar para angkara murka tak mampu lagi menjamah keasrian tubuhmu..
Agar deru mesin teknologi tak mampu lagi mengotori kelestarian diwajahmu..
Kalau malam ini kutundukkan wajahku…
Pada tanah asal kejadianku
Pada air sumber kehidupanku..
Biar dari sana hatiku mendengar
Tentang riwayat setetes air
Sebelum ia lepas dari sulbi ayah-ayah mereka…!!
Sang Rob bertanya : ALASTU BIRABBIKUM ?
Iapun menjawab : (KAALU BALAA) SYAHIDNA YA ALLAH !
Dari setetes air lalu kujadikan segumpal darah
Lalu segumpal daging, lalu disempurnakan kejadiannya.
Ditiupkan ruh-Nya…
Kalau malam ini kurundukkan wajah akalku,
Pada tanah yang menyusun tubuhku,
Pada air yang mengalir disekujurnya,
Pada gas yang mengantar gas energinya,
Pada api yang hangat dalam tegaknya.
Kalau pada malam ini, kemudian kutengadahkan wajahku,
Kutengadahkan telapak kalbuku,
Kutatap langit kutatap bintang-bintang..
Pada samudra yang menyimpan hakekat-hakekat,
Biarlah bisikan kalbu ini menggelegar di alam semesta,
Diantar oleh derunya ombak, derunya badai
Lalu terukir pada tebing-tebing batu.
Jawablah kalau aku Tanya…!!!
Apa beda ketika aku dalam dekapan rahim ibuku,
Dengan kini aku dalam dekapan rahim alam lingkunganku ???
Jawablah wahai nuraniku yang tak pernah bohong..
Sejujur kebeningan embun pagi yang tak pernah marah…!!!
Oooooohh SINTA…
Akulah RAMA..!!
Kau dan aku adalah satu..
Satu dalam makna kehadiran,
Satu dalam makna penapilan,
Karena kau dan aku adalah satu bukti keberadaan SANG PENCIPTA
TERLAHIR DARI HAKEKAT AR-RAHMAN AR-RAHIM.
Keren!
BalasHapus