Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

DIKSAR 37 : AMOR FATI DALAM SEBUAH REFLEKSI

"Amor fati: Biarlah itu menjadi cintaku mulai sekarang! Aku tidak ingin berperang melawan apa yang buruk. Aku tidak ingin menuduh; bahkan mereka yang suka menuduh pun tidak akan kutuduh. Menutup mata akan menjadi satu-satunya penolakanku. Dan secara keseluruhan: suatu hari nanti aku ingin menjadi seseorang yang hanya berkata 'ya' terhadap hidup." — Friedrich Nietzsche, The Gay Science      Di tengah pemuda lainnya yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk kuliah atau mencari hiburan di mal, warung-warung kopi, dan tempat semacamnya, mereka justru lebih memilih pergi ke alam terbuka yang jauh dari kata nyaman dan mapan. Tak heran jika kemudian ada sebagian orang yang mengidentikkan anak Mapala dengan individu-individu anti kemapanan atau mahasiswa yang dikenal “paling lama” lulus.      Pada awal mula perkembangan kegiatan kepencintaalaman, fokusnya lebih pada kegiatan konservasi, advokasi, dan pendidikan melalui penjelajahan hutan dan gunung. Kegiatan sepe...

Sinta dan Larasati: Menyulam Nilai-Nilai Kepencintaalaman dari Naskah Nusantara

     Di balik hiruk pikuk aktivitas pendakian, penjelajahan, dan eksplorasi alam, tersimpan ruang batin yang kerap luput dari perhatian: ruang refleksi, tempat nilai-nilai lahir dan berakar. Dalam tubuh organisasi "kepencintaalaman", aktivitas luar ruang seharusnya bukan sekadar ajang pelampiasan adrenalin atau pencapaian fisik, melainkan arena penempaan karakter, kebijaksanaan, dan kesetiaan pada nilai-nilai yang luhur. ( "..... Apakah juga kau nikamati getaran-getaran kehalusan dari makna sebuah kehadiran?  Apakah kau juga peka pada elusan-elusan tangan-tangan para pencinta?? Ooooooooooh SINTA ! Akulah RAMA !! Tetaplah pada kebeningan hati Lalu katubkan kedua kelopak matamu dalam hembusan nikmat pagi hari  Biar sang surya jadi saksi dan penghulu.. Biar kulingkarkan cincin mandala pada tub...

PENCINTA ALAM : MENELAAH PERTENTANGAN KELAS DAN SEBUAH SIKAP KEBERPIHAKAN

  “Dua kilometer dari pemakan kulit mangga, ‘paduka’ kita mungkin sedang tertawa-tawa, makan-makan, dengan istri-istrinya yang cantik.” — Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran   Peringatan mayday atau hari buruh sebagai momen reflektif dari kacamata pencinta alam haruslah dengan kesadaran kritis tentang beberapa perbedaan kelas sosial yang terjadi di dalam suatu tatanan masyarakat, terlebih dalam tubuh kelompok pencinta alam itu sendiri. Sejalan dengan maraknya aktivitas berbasis lapangan--petualangan, seperti tren naik gunung hingga penjelajahan alam bebas lainnya, seharusnya menekankan fungsi dan keterlibatan aktif atau mungkin sikap seperti apa yang di nyatakan oleh kelompok-kelompok, organisasi semacam pencinta alam dalam merespon penyedia jasa ; “buruh gunung”, seperti porter, guide, hingga open trip sekalipun. Begitupula dengan adanya semacam fenomena akan kebutuhan outdoor yang merupakan  salah  satu  kejadian  yang  kompleks.  Karena...