Langsung ke konten utama

Kelas Diskusi : Hari Pohon Sebagai Kampanye Bangun Nalar Kritis



Makassar, 30 November 2023 Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras (SINTALARAS) Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan kegiatan Kelas Diskusi sebagai rangkaian kegiatan “Green Eco-creation”. Hal ini dilakukan untuk memancing nalar kritis mahasiswa dalam merespon isu lingkungan, khususnya pohon. Sebagai bagian penting dari kehidupan manusia juga ajang memperingati hari pohon yang berlangsung di sekitaran UNM Gunung Sari. 

Slamet Riadi, M.A selaku Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sulawesi Selatan yang menjadi pemantik diskusi banyak menjelaskan tentang hubungan dan dampak yang dapat di terima manusia karena kondisi pohon dalam tantangan perubahan iklim. Hingga membaca fenomena pelanggaran peraturan-peraturan pemerintah pada momentum politik ini, dimana marak terjadi pemakuan baliho atau spanduk pada pohon yang menjadi instrumen Alat Peraga Kampanye (APK). 

Berlangsung di Gedung BU Fakultas Ekonomi Bisnis UNM. Kegiatan ini juga merupakan langkah awal, sebelum turun langsung ke lapangan untuk mencabut paku atau membersihkan pohon dari bentuk pencemaran atau perusakan akibat Alat Peraga Kampanye. Selain menjadi bagian program kerja SINTALARAS sendiri, lahirnya kesadaran kolektif dari peserta Kelas Diskusi ini menjadi harapan dari pemantik. 

“Diskusi ini semoga tidak hanya berakhir pada wawasan dan pengetahuan yang bertambah, tapi juga menjadi penyadaran kepada teman-teman mahasiswa. Sebagai bagian dari masyarakat, yang akan merasakan dampak secara tidak langsung dari fenomena pada hari ini.” , ungkapnya. 

Muh. Nur Adzan, selaku Ketua Dewan Eksekutif Sintalaras (DES) melanjutkan bahwa, mereka tidak hanya akan mencabut spanduk yang berhubungan dengan politik saja. Tapi, juga spanduk kegiatan kegiatan lembaga kemahasiswaan yang di nilai juga melakukan perusakan lingkungan pada pohon yang menjadi bagian Ruang Terbuka Hijau kampus itu sendiri. 

Hal ini dikarenakan kampanye hari pohon harus sampai secara menyeluruh kepada berbagai elemen mahasiswa. Mahasiswa sebagai aktor utama dalam bidang akademis yang menjadi jembatan antara masyarakat umum terhadap pemangku kebijakan, dalam hal ini pemerintah.

Terakhir, Ia mengungkapkan harapannya agar kedepannya masyarakat kampus lebih bijak dalam melihat pohon sebagai bagian dari makhluk hidup, sebagaimana makhluk hidup lainnya. Tidak lagi memaku spanduk di pohon sebagai tempat media sosialisasi kegiatan kelembagaan dan bisa menjaga lingkungan. 

“Semoga kedepannya tidak ada lagi yang nama nya pemakuan spanduk di pohon dan perusakan lingkungan di lingkup kampus UNM, sebagai kampus dengan poros citra Pendidikan yang sangat lekat” ungkapnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekologi : Membaca Kapitalisme di Raja Ampat dalam Cengkeraman Oligarki

             Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri ekstraktif di Raja Ampat bukanlah sekadar tragedi ekologis, melainkan gejala dari sistem kekuasaan yang mengakar. Isu ini tidak dapat dipahami hanya sebagai konflik antara pembangunan dan konservasi, melainkan sebagai bentuk aktual dari kapitalisme global yang beroperasi melalui persekutuan antara negara dan oligarki domestik. Dalam konteks ini, ekologi menjadi medan kuasa tempat eksploitasi sumber daya dan penindasan sosial berjalan beriringan. Tulisan ini bertujuan membongkar struktur kapitalisme di balik proyek tambang nikel di Raja Ampat, serta menunjukkan bagaimana praktik tersebut merepresentasikan bentuk baru kolonialisme yang berkelindan dengan politik oligarki. Lebih jauh, tulisan ini menawarkan pembacaan alternatif melalui lensa deep ecology dan anarkisme ekologi , yang menantang paradigma dominasi terhadap alam dan masyarakat. Kapitalisme tidak hanya mengeksploitasi ten...

DIKSAR 37 : AMOR FATI DALAM SEBUAH REFLEKSI

"Amor fati: Biarlah itu menjadi cintaku mulai sekarang! Aku tidak ingin berperang melawan apa yang buruk. Aku tidak ingin menuduh; bahkan mereka yang suka menuduh pun tidak akan kutuduh. Menutup mata akan menjadi satu-satunya penolakanku. Dan secara keseluruhan: suatu hari nanti aku ingin menjadi seseorang yang hanya berkata 'ya' terhadap hidup." — Friedrich Nietzsche, The Gay Science      Di tengah pemuda lainnya yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk kuliah atau mencari hiburan di mal, warung-warung kopi, dan tempat semacamnya, mereka justru lebih memilih pergi ke alam terbuka yang jauh dari kata nyaman dan mapan. Tak heran jika kemudian ada sebagian orang yang mengidentikkan anak Mapala dengan individu-individu anti kemapanan atau mahasiswa yang dikenal “paling lama” lulus.      Pada awal mula perkembangan kegiatan kepencintaalaman, fokusnya lebih pada kegiatan konservasi, advokasi, dan pendidikan melalui penjelajahan hutan dan gunung. Kegiatan sepe...

Surat Kepada Gie

SURAT KEPADA GIE Apa kabarmu, Gie ? Lama sudah tak ku dengar tentangmu. Tentang cerita-cerita gerakan revolusioner mu yang militan atau sabda sabdamu yang agungkan oleh mahasiswa. Kau sekarang menjadi legenda, Gie. Kisah hidupmu semasa mahasiswa di filmkan. Wajahmu di cetak menjadi ikon gerakan mahasiswa, nama mu menjadi narasi eksistensi kaum akademisi sayap kiri. Dan karya-karya puisimu di sukai banyak mahasiswi. Kau hebat, Gie. Apakah kau mengenal saya ? Pertama kali kau menyapaku dalam bukumu, yang mereka beri judul catatan seorang demonstran. Awalnya, ku kira kau sebagai pedagang Cina yang masuk kuliah di UI, namun mengapa kau tertarik belajar sejarah & sastra. Gie ? Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan Gie, mulai dari alasan kematianmu juga rahasia besar tentang kudeta yang belum sempat kau kabarkan kepada kami, sebelum cinta mengambil nyawa dari jasadmu Gie. Katanya, kau tidak suka Sukarno yang glamor dengan mengawini banyak istri dalam proyeksi Nasakomn...