Langsung ke konten utama

SINTALARAS DAN PERAHU TRADISIONAL TERCEPAT NUSANTARA

STL- Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras (SINTALARAS) menelusuri kearifan lokal masyarakat pesisir Suku Mandar yang menjadi ikon Provinsi Sulawesi Barat dalam hal pembuatan perahu tradisional tercepat di Nusantara.

Perahu Sandeq menjadi objek pengamatan tim yang beranggotakan empat orang di Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar, pada tanggal 23-26 Desember 2016. Dengan mengidentifikasi masyarakat pesisir Mandar dalam hal
mengelolah lahan hutan tempat pengambilan bahan baku pembuatan perahu.

Bersama salah satu tokoh Masyarakat, M Ridwan
Seperti yang diungkapkan tokoh masyarakat adat Mandar, M. Ridwan Alimuddin, keberadaan perahu Sandeq menjadi puncak evolusi dari perahu bercadik di dunia. “Bila diibaratkan teori Darwin, perahu ini adalah perwujudan dari manusia sedangkan yang lainnya masih berupa kera.” Ungkapnya di sela-sela diskusi bersama tim Jelajah Budaya SINTALARAS UNM di galerinya. (Sabtu, 24-12-2016)

Lebih jauh penggerak literasi ini mengatakan, perahu ini berbasis lingkungan hidup karena pengolahannya dapat didaur ulang menjadi barang tepat guna jika sudah tidak layak pakai untuk menambah peningkatan ekonomi masyarakat pesisir Teluk Mandar dengan mengubahnya menjadi kerajinan tangan.

Sementara di tempat berbeda, Wandi, Ranger Dinas Kehutanan Kabupaten Polewali Mandar menegaskan, bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan perahu Sandeq ini menggunakan kayu Palapi (Kallapia celibica kastern) yang diambil langsung di hutan produksi dan kemasyarakatan yang ada di provinsi yang baru berusia 12 tahun tersebut.

“Selama tidak menyalahi aturan dan memenuhi perizinan masyarakat masih diperbolehkan mengambil kayu yang memiliki keunggulan ini karena ringan, kuat, dan bisa bertahan hingga puluhan tahun meskipun terendam oleh air laut.” Ucapnya.

Ditambahkan pria berdarah Mandar ini, dari keunggulan bahan baku perahu Sandeq tersebut menjadikannya perahu bercadik tercepat di Nusantara dan didukung pula kepiawaian masyarakat Mandar dalam membuat perahu yang telah mendapat pengakuan dunia karena telah menjelajahi berbagai samudera dan benua.

Ucapan terimakasih olehnya mewakili pemerintah setempat kepada tim Jelajah Budaya SINTALARAS UNM mengingat peran dari mahasiswa yang ingin mengangkat dan memperkenalkan kearifan budaya masyarakat pesisir suku Mandar sebagai potensi pariwisata unggulan.

Ketua tim dalam penelitian Jelajah Budaya Mandar, Muh. As’ad, mengatakan, tujuan dari pengamatan ini merupakan peran SINTALARAS yang bergerak di bidang lingkungan untuk pengembangan kaderisasi anggotanya serta menjadi bagian pengabdian kepada masyarakat sesuai yang tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi. “Kami berharap kehadiran pemerintah dalam upaya perlindungan dan pemberdayaan melalui pendekatan partisipatif masyarakat khususnya masyarakat pesisir mandar dan pengrajin perahu Sandeq dalam hal menjaga lingkungan hidup.” Pungkas mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan 2013 ini.

Adapun tim yang beranggotakan empat orang ini adalah Abdul Khasman Basri (FT), Diah Rezky Fauziah (FMIPA), A. Ikhlas Nurul Al-Qadri (FE), dan Muh. As’ad (FIK). 
Humas_STL_082334646872

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekologi : Membaca Kapitalisme di Raja Ampat dalam Cengkeraman Oligarki

             Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri ekstraktif di Raja Ampat bukanlah sekadar tragedi ekologis, melainkan gejala dari sistem kekuasaan yang mengakar. Isu ini tidak dapat dipahami hanya sebagai konflik antara pembangunan dan konservasi, melainkan sebagai bentuk aktual dari kapitalisme global yang beroperasi melalui persekutuan antara negara dan oligarki domestik. Dalam konteks ini, ekologi menjadi medan kuasa tempat eksploitasi sumber daya dan penindasan sosial berjalan beriringan. Tulisan ini bertujuan membongkar struktur kapitalisme di balik proyek tambang nikel di Raja Ampat, serta menunjukkan bagaimana praktik tersebut merepresentasikan bentuk baru kolonialisme yang berkelindan dengan politik oligarki. Lebih jauh, tulisan ini menawarkan pembacaan alternatif melalui lensa deep ecology dan anarkisme ekologi , yang menantang paradigma dominasi terhadap alam dan masyarakat. Kapitalisme tidak hanya mengeksploitasi ten...

DIKSAR 37 : AMOR FATI DALAM SEBUAH REFLEKSI

"Amor fati: Biarlah itu menjadi cintaku mulai sekarang! Aku tidak ingin berperang melawan apa yang buruk. Aku tidak ingin menuduh; bahkan mereka yang suka menuduh pun tidak akan kutuduh. Menutup mata akan menjadi satu-satunya penolakanku. Dan secara keseluruhan: suatu hari nanti aku ingin menjadi seseorang yang hanya berkata 'ya' terhadap hidup." — Friedrich Nietzsche, The Gay Science      Di tengah pemuda lainnya yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk kuliah atau mencari hiburan di mal, warung-warung kopi, dan tempat semacamnya, mereka justru lebih memilih pergi ke alam terbuka yang jauh dari kata nyaman dan mapan. Tak heran jika kemudian ada sebagian orang yang mengidentikkan anak Mapala dengan individu-individu anti kemapanan atau mahasiswa yang dikenal “paling lama” lulus.      Pada awal mula perkembangan kegiatan kepencintaalaman, fokusnya lebih pada kegiatan konservasi, advokasi, dan pendidikan melalui penjelajahan hutan dan gunung. Kegiatan sepe...

Surat Kepada Gie

SURAT KEPADA GIE Apa kabarmu, Gie ? Lama sudah tak ku dengar tentangmu. Tentang cerita-cerita gerakan revolusioner mu yang militan atau sabda sabdamu yang agungkan oleh mahasiswa. Kau sekarang menjadi legenda, Gie. Kisah hidupmu semasa mahasiswa di filmkan. Wajahmu di cetak menjadi ikon gerakan mahasiswa, nama mu menjadi narasi eksistensi kaum akademisi sayap kiri. Dan karya-karya puisimu di sukai banyak mahasiswi. Kau hebat, Gie. Apakah kau mengenal saya ? Pertama kali kau menyapaku dalam bukumu, yang mereka beri judul catatan seorang demonstran. Awalnya, ku kira kau sebagai pedagang Cina yang masuk kuliah di UI, namun mengapa kau tertarik belajar sejarah & sastra. Gie ? Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan Gie, mulai dari alasan kematianmu juga rahasia besar tentang kudeta yang belum sempat kau kabarkan kepada kami, sebelum cinta mengambil nyawa dari jasadmu Gie. Katanya, kau tidak suka Sukarno yang glamor dengan mengawini banyak istri dalam proyeksi Nasakomn...