Rebo STL Sudah banyak cara, kebijakan, pendekatan, bahkan undang - undang dan peraturan yang intinya untuk perbaikan dan pelestarian lingkungan, namun tampaknya laju pengrusakan lingkungan hidup justru lebih cepat daripada hasil usaha perbaikannya.
Mari kita tinjau dua contoh kecil yang kebanyakan orang tidak menyadari bahwa tindakan ini sangat besar dampaknya terhadap lingkungan hidup. Di beberapa tempat umum (sekolah, kampus, kantor, jalan raya, stasiun, lapangan dan dimana - mana), masih banyak saja masyarakat yang membuang sampah bukan pada tempatnya.
Mereka belum mempunyai kesadaran penuh tentang arti pentingnya menjaga lingkungan, misalnya saja dengan tidak membuang sampah pada tempatnya, meskipun tempat sampah telah disediakan dengan alasan “tempat sampahnya jauh, padahal hanya beberapa meter saja mereka membuang sampah dari jarak tempat sampah yang telah disediakan”.
Sebagai manusia yang sadar lingkungan, ada atau tidak adanya tempat sampah yang disediakan, praktisnya sih, seminimal mungkin disediakan kantong plastik khusus sampah di tas kita atau diselipkan di kantong yang ada di tas kita (minimal sampah/limbah plastik dari konsumsi sendiri). Dengan perbuatan sekecil itu saja, dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap lingkungan. Bayangkan dan bertindak bagaimana jika seandainya lingkungan kita bersih? Ya, setidaknya mengurangi dampak dari kerusakan lingkungan.
Di jalan raya, perilaku mengemudi yang buruk juga berdampak buruk terhadap lingkungan, salah - satunya yaitu mengurangi pencemaran udara. Perilaku mengemudi yang baik juga dapat menghemat BBM yang merupakan sumber daya alam. “Memang harus jadi pengemudi yang baik! Lagi marak nih, DEMO ANTI KENAIKAN BBM!”
....@Red XXII...
Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri ekstraktif di Raja Ampat bukanlah sekadar tragedi ekologis, melainkan gejala dari sistem kekuasaan yang mengakar. Isu ini tidak dapat dipahami hanya sebagai konflik antara pembangunan dan konservasi, melainkan sebagai bentuk aktual dari kapitalisme global yang beroperasi melalui persekutuan antara negara dan oligarki domestik. Dalam konteks ini, ekologi menjadi medan kuasa tempat eksploitasi sumber daya dan penindasan sosial berjalan beriringan. Tulisan ini bertujuan membongkar struktur kapitalisme di balik proyek tambang nikel di Raja Ampat, serta menunjukkan bagaimana praktik tersebut merepresentasikan bentuk baru kolonialisme yang berkelindan dengan politik oligarki. Lebih jauh, tulisan ini menawarkan pembacaan alternatif melalui lensa deep ecology dan anarkisme ekologi , yang menantang paradigma dominasi terhadap alam dan masyarakat. Kapitalisme tidak hanya mengeksploitasi ten...
Komentar
Posting Komentar