Langsung ke konten utama

Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Warisan Untuk Generasi Yang Akan Datang

Sebuah Catatan dari "Dies Natalies UNM - 50"

Lingkungan belajar (sekolah) adalah merupakan tempat komunitas manusia yang membutuhkan lingkungan hidup yang baik. Oleh karena itu, jika penanaman konsepsi lingkungan berhasil ditanamkan sebagai pengetahuan, sikap dan perilaku kepada warga belajar (siswa - siswi), maka kekhawatiran kerusakan lingkungan untuk masa yang akan datang tidak perlu dirisaukan. Mereka kelak akan menjadi pahlawan lingkungan yang akan menyelamatkan bumi dari kerusakan dan kehancuran. Kelestarian ini pada masa yang akan datang sangat bergantung kepada generasi muda yang sedang berada di dunia persekolahan dewasa ini.
Salah satu bentuk penanaman konsepsi lingkungan adalah terciptanya Sekolah Hijau. Bentuk penanaman konsepsi ini ditunjang oleh proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan ekstrakurikuler. Pada dasarnya PBM menanamkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler menanamkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Berdasarkan konsep di atas, maka Sekolah Hijau (Green School) merupakan alternatif realisasi kedua kegiatan pokok tersebut. Hal ini pun sepintas dapat disamakan dengan Program DIKNAS yaitu kerindangan. Namun sebenarnya Sekolah Hijau (Green School) merupakan suatu program yang lebih luas dan menyeluruh. Program kerindangan hanya merupakan penghijauan lingkungan sekolah, dengan penanaman pohon pelindung. Sekolah Hijau (Green School) lebih dari itu, perindangan hanya salah satu bentuk kegiatannya. Oleh sebab itu sangat perlu didukung dengan penyusunan paket agar pelaksanaannya berada pada pengertian dan aksi yang seragam dan serempak.
Green School (Sekolah Hijau) telah banyak digalakkan oleh lembaga – lembaga sekolah. Siswa – siswi diajarkan bagaimana memperlakukan lingkungan dengan baik karena segala sesuatu tentunya akan berdampak kepada manusia. Jika lingkungan sehat, maka kita semua tentunya jauh dari penyakit, begitupun sebaliknya. Dan proses belajar mengajar pun dapat berjalan dengan baik. Mereka diajarkan dengan mengamati langsung di lapangan. Siswa diajarkan bagaimana menjaga dan memanfaatkan lingkungan agar tetap lestari. Jadi bukan sekedar hafalan seperti di sekolah umum (yang sebenarnya lebih banyak memasung kreativitas murid).
Perkembangan pembangunan lingkungan hidup menjadi sebuah tantangan di masa yang akan datang yang tentunya tidaklah ringan terutama bila disadari bahwa dampak negatif dari krisis dan permasalahan klasik seperti pencemaran dan perusakan lingkungan masih terus berlanjut.
Undang - undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menjelaskan bahwa perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Pada Bab III pasal 6 dijelaskan pula bahwa “ Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.”
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bukan semata - mata tanggung jawab pemerintah, tetapi swasta, perguruan tinggi, organisasi keagamaan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, pelajar bahkan semua lapisan masyarakat juga mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama. Dengan demikian kesiapan sumber daya manusia di berbagai tingkat dan lapisan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup.
Seiring dengan hal tersebut, pertambahan jumlah penduduk setiap tahun semakin menambah permasalahan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Hal ini memaksa dilaksanakannya eksploitasi sumber daya alam secara besar - besaran guna memenuhi tuntutan dari pembangunan, sementara di sisi lain daya dukung lingkungan yang semakin menurun.
Permasalahan ini harus secara dini ditanggulangi dengan melibatkan secara aktif para generasi muda yang kelak nantinya menjadi pewaris cita - cita bangsa dan penentu arah kebijakan lingkungan hidup di masa yang akan datang.
Lingkungan belajar (sekolah) sebagai tempat memberikan ilmu pengetahuan dan sikap dasar merupakan wahana yang paling tepat untuk menanamkan rasa cinta lingkungan hidup. Salah satu bentuk penanaman berwawasan lingkungan hidup adalah terciptanya sekolah hijau (green school). Program green school adalah suatu program yang bertahap dan berkelanjutan untuk menanamkan rasa cinta lingkungan hidup kepada usia sekolah, sehingga akhirnya akan tercipta generasi muda sebagai pewaris bangsa yang akan melestarikan, mengelola dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan.
Mengapa harus Green School? Menurut Drs. Hallaf Hanafie Prasad, M.Si (Dosen Geografi UNM) “Student Today, and Leader Tomorrow” Hari ini adalah Siswa, Besok adalah Pemimpin. Di sekolah SD, SMP, SMA dan sederajat, membangun pola kecerdasan siswa “Berfikir, Bersikap, dan Bertindak yang berbasis lingkungan.”
Sekolah Hijau dengan Pembelajaran berbasis KOMPETENSI, berefek terhadap lingkungan :
1. KOGNITIF (pengetahuan ingatan, pemahaman)
2. AFEKTIF (sikap), dan
3. PSIKOMOTOR (keterampilan, perbuatan, perilaku).
Dari ketiganya, penulis menarik kesimpulan bahwa dengan Green School (sekolah hijau), siswa dapat memahami tentang lingkungan, bagaimana bersikap dan memperlakukan lingkungan dengan baik.
Alam mengajari kita banyak hal tentang hidup dan kehidupan. Alam mengajak kita untuk belajar kehidupan setiap saat. Marilah kita terus belajar, termasuk belajar dari alam!
Perhatikan sebuah benih beringin. Jika benih ini tumbuh di tempat yang tepat (subur dan cukup air) maka beringin bisa menjadi pohon raksasa yang berumur hingga ratusan tahun. Namun jika beringin ini kita taruh di media tanam (pot) yang terbatas, beringin akan menjadi pohon kerdil. Pohon kerdil ini bisa menjadi indah jika kita bentuk menjadi tanaman bonsai.
Demikian juga dengan manusia. Walaupun kita mempunyai talenta luar biasa, jika kita berada di lingkungan yang tidak mendukung maka selamanya kita akan menjadi "kerdil". Namun jika kita menemukan lingkungan yang tepat maka segala potensi kita akan keluar secara optimal. Kita bahkan bisa menjadi "raksasa" karena mampu mengeluarkan "hero" yang ada di dalam diri kita. Seperti halnya seorang pegawai/karyawan pabrik di sebuah perusahaan setelah bertahun – tahun bekerja dan telah memperoleh banyak pengalaman dan skill. Ada banyak dari mereka yang lebih memilih untuk risain dari pekerjaannya sebagai buruh dan memilih untuk mendirikan dan memimpin serta memanajemen perusahaannya sendiri dengan skill yang telah didapatkannya di perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya. Artinya seorang karyawan ini telah menemukan “pot atau bahkan kolam besar karena telah menggunakan kekuatan yang ada pada dirinya setelah mengambil keputusan yang sangat luar biasa.” Dan masih banyak lagi kasus yang lain yang dapat kita jadikan pelajaran tentang lingkungan.
Setiap hujan turun akan timbul pelangi yang berwarna - warni. Di dalam kehidupan kita, tidak mungkin kesusahan hidup akan menghinggapi kita terus menerus. Ingat, Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia kecuali manusia itu sendiri yang harus berusaha mengubahnya! Cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia pasti akan mampu kita sandang. Jika kita mau berusaha sekuat tenaga, gigih dan pantang menyerah, berani mengambil resiko menangkap peluang maka nasib kita akan berubah. Kebahagiaan pasti akan datang. Kesuksesan yang kita idam - idamkan pasti akan kita raih.
Kambing gunung mengajari anak - anaknya mencari rumput segar di pegunungan. Namun demikian, anak - anak kambing gunung ini diajari induknya supaya berlari dan menghindar secara gesit dari tangkapan harimau gunung. Induk harimau gunung mengajari anaknya untuk pintar berburu kambing gunung dengan cara menghadang dan menerkamnya pada saat berkumpul mencari rumput. Jika harimau gunung diajak berlari tentu akan kalah cepat dan gesit daripada kambing gunung. Demikianlah alam mengajarkan kepada kita bahwa kesempatan (peluang) sebenarnya selalu ada, tergantung bagaimana kita melakukan persiapan untuk menangkap kesempatan tersebut. Tanpa persiapan yang baik maka kesempatan - kesempatan akan lewat dengan percuma!
Secara alami air mengalir selalu mencari tempat yang lebih rendah. Seperti halnya dengan kita, apa yang kita lakukan setiap hari, kata - kata yang keluar dari mulut kita setiap hari akan selalu terekam di benak anak - anak kita. Anak yang lahir dengan polos ibarat kertas putih yang siap kita tulisi dengan kata - kata yang indah. Jika kita menulisinya dengan kata - kata yang kotor maka kertas putih ini akan menjadi kotor pula. Jangan selalu menyalahkan anak tentang hasil yang kurang memuaskan yang dia peroleh. Bangkitkan semangat mereka untuk berkarya lebih baik. Berikan apresiasi positif untuk memberi semangat mereka. Jangan pula terlalu memanjakan anak, biarkan mereka tumbuh wajar. Insya Allah anak kita menjadi pribadi luar biasa yang kita idam - idamkan.
Bencana alam gunung meletus, tsunami, dan gempa bumi merupakan tanda - tanda alam yang harus kita cermati. Banjir, kebakaran hutan dan pemanasan global merupakan contoh - contoh kerusakan alam terjadi karena ketidakseimbangan akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Tanda - tanda alam tersebut mengingatkan kita untuk selalu berbuat yang jujur, bertanggungjawab dan menjauhi keserakahan.
Jika akhir - akhir ini Indonesia dilanda berbagai macam bencana alam, maka sudah selayaknya semua pemimpin mulai dari Presiden dan kabinetnya, pejabat di provinsi hingga tingkat kelurahan, militer, polisi, anggota DPR dan kita semua menghilangkan penyakit korupsi, kolusi, nepotisme. Compang - camping Indonesia hingga kini dikarenakan hukum yang masih bisa ditawar. Hukum yang masih bisa dinegosiasi ataupun dilanggar.
Jika Indonesia mau maju, prioritas utama adalah dengan penegakan hukum di semua bidang. Jika hukum ditegakkan maka secara tidak langsung akan mengembalikan keseimbangan alam Indonesia. Hutan menjadi hijau subur jauh dari pencurian oleh oknum - oknum yang seharusnya melindungi kelestarian hutan. Terorisme dan separatisme akan terkikis. Iklim bisnis meningkat karena tidak ada atau seminimal mungkin biaya siluman. Investor akan berbondong - bondong ke Indonesia. Lapangan kerja akan semakin banyak. Pariwisata akan bangkit. Semakin sedikit jumlah pengangguran dan tingkat kejahatan. Pelan tapi pasti keadilan dan kesejahteraan sosial akan meningkat.
“Kapan ya, Indonesia tercinta ini bisa bangkit dan disegani?” Marilah kita mulai dari diri kita sendiri!
"Dalam pengelolaan sumber daya alam, benang merahnya yang utama adalah mencegah timbulnya pengaruh negatif terhadap lingkungan dan mengusahakan kelestarian sumber daya alam agar bisa digunakan terus menerus untuk generasi - generasi di masa depan." Membahas tentang sumber daya alam, dapat kita bagi ke dalam dua kategori besar, yakni sumber daya alam yang dapat diperbaharui (seperti hutan, perikanan dan lain - lain), dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi, emas, batubara, timah, gas alam dan hasil tambang lainnya. Membicarakan hasil tambang, tentu emas merupakan salah satunya.
Apalagi emas yang baru - baru ini menghebohkan Propinsi Sulawesi Tenggara. Siapa yang tidak kenal negeri kita jika kita katakan merupakan salah - satu pulau penghasil emas di republik ini. Namun bukan hanya masyarakat dari propinsi itu sendiri yang mengais rezeki di tempat penambangan emas tersebut, bahkan dari luar Sulawesi Tenggara bahkan pulau lain. Di tempat penambangan emas inilah yang telah menelan korban yang sebenarnya tujuan utamanya adalah demi kesejahteraan hidup tapi malah sebaliknya. Namun, berbicara tentang pengelolaan hasil tambang berupa emas itu sendiri, rasanya sangat malu melihat bagaimana permukaan negeri ini yang telah hancur dan membentuk kolong - kolong kecil sehingga membentuk seperti sebuah danau - danau kecil. Apalagi butuh biaya yang sangat mahal untuk mereklamasi lahan minimal mengurangi dampak buruk pada masa yang akan datang. Siapa yang akan disalahkan? Bukan pertanyaan itu yang mesti kita jawab.
Tapi, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi dan apa yang mesti kita perbuat untuk memberikan solusi yang terbaik untuk kelestarian sebuah lingkungan hidup. Mungkin, jika dikaitkan dengan kemiskinan dan bagaimana masyarakat harus berpikir untuk mengenyangkan “perut” hal inilah mungkin yang menjadi sebab utama mendorong penduduk menguras alam sehingga merusak lingkungan. Jika kita amati bahwa dapat kita katakan ada hubungan antara jumlah dan macamnya sumber daya alam dengan produk bagi konsumsi masyarakat. Hubungan tersebut terlihat bahwa semakin besar pola konsumsi masyarakat maka semakin banyak pula sumber daya alam yang akan dikelola dan semakin beraneka ragam pola konsumsi masyarakat, maka semakin bermacam pula sumber daya alam yang akan dikelola.
Dari permasalahan tersebut di atas, dapat kita telaah dan mungkin harus menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing untuk lebih bersikap arif terhadap lingkungan sebelum lingkungan itu sendiri yang memberitahu kepada kita bahwa setiap bencana alam yang terjadi adalah karena ulah tangan manusia itu sendiri. Berbicara sumber daya alam tentu tak lepas dari peran sebuah teknologi tepat guna untuk sebuah kelestarian lingkungan. Untuk itu, pengusaha harus dapat memilih teknologi dan cara produksi yang bisa memperkecil dampak negatif dari kepada lingkungan. Apalagi jika kita lihat kebijakan penataan ruang daerah dilakukan dengan tujuan untuk mampu menciptakan pemanfaatan ruang wilayah yang berimbang, optimal dan berwawasan lingkungan untuk kepentingan masyarakat luas. Kita tidak dapat menutup mata, bagaimana pemanfaatan teknologi berupa alat berat pada sektor pertambangan, yang secara spontan membabat habis hutan untuk mencari hasil tambang yang terkadang hasilnya nihil atau 0%. Kepada siapa kita akan bertanggung jawab? Pikirkan apa yang dapat kita tinggalkan untuk generasi mendatang dan apa yang dapat kita katakan kepada mereka. Atau lingkungan hidup yang seperti inikah yang akan kita wariskan kepada mereka?
Sudah banyak cara, kebijakan, pendekatan, bahkan undang - undang dan peraturan yang intinya untuk perbaikan dan pelestarian lingkungan, namun tampaknya laju pengrusakan lingkungan hidup justru lebih cepat daripada hasil usaha perbaikannya.
Mari kita tinjau dua contoh kecil yang kebanyakan orang tidak menyadari bahwa tindakan ini sangat besar dampaknya terhadap lingkungan hidup. Di beberapa tempat umum (sekolah, kampus, kantor, jalan raya, stasiun, lapangan dan dimana - mana), masih banyak saja masyarakat yang membuang sampah bukan pada tempatnya. Mereka belum mempunyai kesadaran penuh tentang arti pentingnya menjaga lingkungan, misalnya saja dengan tidak membuang sampah pada tempatnya, meskipun tempat sampah telah disediakan dengan alasan “tempat sampahnya jauh, padahal hanya beberapa meter saja mereka membuang sampah dari jarak tempat sampah yang telah disediakan”. Sebagai manusia yang sadar lingkungan, ada atau tidak adanya tempat sampah yang disediakan, saran praktis dari penulis adalah seminimal mungkin disediakan kantong plastik khusus sampah di tas kita atau diselipkan di kantong yang ada di tas kita (minimal sampah/limbah plastik dari konsumsi sendiri). Dengan perbuatan sekecil itu saja, dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap lingkungan. Bayangkan dan bertindak bagaimana jika seandainya lingkungan kita bersih? Ya, setidaknya mengurangi dampak dari kerusakan lingkungan.
Di jalan raya, perilaku mengemudi yang buruk juga berdampak buruk terhadap lingkungan, salah - satunya yaitu mengurangi pencemaran udara. Perilaku mengemudi yang baik juga dapat menghemat BBM yang merupakan sumber daya alam.
Tentunya sangat jelas berbeda “orang yang paham tentang lingkungan dengan yang tidak paham tentang lingkungan.” Jika sedini mungkin para pewaris lingkungan (generasi muda) diberikan pendidikan berupa pengetahuan tentang lingkungan, maka secara perlahan, mereka akan menjaga lingkungan dan tentunya bumi ini pada umumnya. Maka dari itulah konsep Green School sangat cocok untuk ditanamkan di lingkungan sekolah.
Lalu bagaimana dengan mereka yang mempunyai nasib yang kurang beruntung dan tidak mampu bersekolah? Dari mana mereka memperoleh pelajaran tentang lingkungan? Bagaimana menjaga lingkungan, bagaimana solusi dari sebuah dampak lingkungan dan lain - lain sebagainya? Tentunya pemerintah telah melakukan upaya - upaya untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat luas tentang lingkungan hidup. Di media cetak dan elektronik banyak diberitakan berita tentang lingkungan. Lembaga Swadaya Masyarakat, Para Siswa dan Mahasiswa Pencinta Lingkungan maupun aksi para pemerhati lingkungan hidup lainnya sering menggelar aksi tentang “Bagaimana Menjaga dan Melestarikan Lingkungan Hidup?” Bahkan mereka mengadakan seminar, workshop, bakti sosial berupa reboisasi lahan dan tentunya melibatkan masyarakat. Tak cukupkah gerakan yang seperti ini menyadarkan masyarakat luas akan arti pentingnya lingkungan hidup dan pelestariannya?
Akhir dari sebuah permasalahan, tentu akan tuntas dengan adanya solusi - solusi yang mungkin akan ada tindak lanjut ke depannya. Pertama, pemerintah harus lebih giat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan hidup dalam kehidupan manusia melalui pendidikan dalam dan luar sekolah. Kedua, perlunya inventarisasi dan Evaluasi potensi SDA dan lingkungan hidup. Ketiga, meningkatkan penelitian dan pengembangan potensi manfaat hutan terutama untuk pengembangan pertanian, industri dan kesehatan. Keempat, penyediaan Infra Struktur dan Spasial SDA dan Lingkungan Hidup baik di darat, laut maupun udara. Kelima, Perlunya persyaratan AMDAL terhadap usaha - usaha yang mengarah pada keseimbangan hidup. Terakhir, perlunya penyuluhan dan kerjasama kemitraan antara Lembaga Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan SDA serta perlunya peningkatan kemampuan Institusi dan SDM Aparatur Pengelolaan SDA dan LH. Karena pembangunan yang baik adalah yang berwawasan lingkungan walaupun terkadang dengan kemungkinan kerusakan untuk ditimbang dan dinilai manfaat untung ruginya dan diambil keputusan dengan penuh tanggung jawab kepada generasi mendatang. Karena generasi yang akan datang, tidak ikut serta dalam proses pengambilan keputusan sekarang dalam menentukan penggunaan sumber daya alam yang sebenarnya kita hanya meminjami dari mereka untuk pembangunan masa kini dengan dampak pembangunan di masa nanti!
Kualitas hidup manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Lingkungan hidup yang baik akan memberi konstribusi terhadap kualitas hidup manusia yang berada di dalamnya sebagai salah satu mata rantai ekosistem. Demikian pula, lingkungan yang buruk akan memberi kontribusi buruk terhadap upaya peningkatan hidup manusia.

BIBLIOGRAPHY

Undang - undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan.
Drs Hallaf Hanafie Prasad, M.Si. (2010). Konsep Green School. Makassar.

DATA PRIBADI

NAMA : SUSI ERNI MULIATI (REBOISASI)
JURUSAN : KIMIA/ICP
FAKULTAS : MIPA
Email : uchyreb@yahoo.co.id
Telepon : 081340204873
Alamat : Sekretariat SINTALARAS UNM (Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras Universitas Negeri Makassar).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEARIFAN LOKAL BUDAYA KAJANG AMMATOA KAB. BULUKUMBA

A. BENTANG BUDAYA 1. Jenis - Jenis dan Sejarah Kebudayaan (Adat Istiadat) Komunitas adat Ammatoa memiliki hirarki structural dalam mengatur tata kelola acara adat maupun system pemerintahan. Komunitas adat percaya bahwa Ammatoa merupakan wakil dari Bohe Amma atau Tu’re’a’ra’na (Yang Satu atau Tuhan) di dunia. Manusia pertama dalam adat Ammatoa juga diyakini berasal dari Tana Toa. Konon kabarnya, sewaktu beliau masih hidup selalu dilindungi oleh awan apabila berjalan di bawah terik matahari dan beliau selalu terlihat awet muda. Sedangkan sewaktu sepeninggalnya, beliau tidak dikuburkan karena beliau lenyap. Ammatoa pengatur dan penentu kebijakan adat maupun pemerintahan, sebab mereka percaya bahwa Tana Toa adalah tanah tertua yang menjadi awal dari keberadaan dunia. Mitos kajang menyebutkan bahwa awalnya di dunia ini hanya ada satu daratan yang mereka namakan Tombolo. Tanah ini kemudian mengefeki munculnya daratan lain yang membentuk dunia. (*Aswan, S.Pd). Masyarakat adat Ammatoa juga m

PROFIL UKM SINTALARAS UNM

Hidup Selaras, Manusia dan Alam source : Harian Fajar, 20 November 2011 Nama Sintalaras punya filosofi sendiri. Nama itu singkatan dari Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras dari Universitas Negeri Makassar (UNM). Para perintis terinspirasi dari

MERAMU WARNA KEPENGURUSAN, RAPAT KERJA KE-34 USUNG "GREEN ECO-CREATION"

  Makassar, 26 November 2022. Rapat Kerja ke-34 Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras (Sintalaras) UNM yang mengusung tema "Optimalisasi Kepengurusan Loyalitas Berlembaga" sukses dilaksanakan dengan beberapa rancangan program kerja.  Kegiatan ini di hadiri oleh beberapa senior dan alumni, salah satunya Abdul Haris, A.Md yang akrab di sapa "Risto" selaku dewan pembina menjelaskan bahwa, kegiatan rapat kerja kali ini sedikit berbeda dengan beberapa rapat kerja tahun sebelumnya. Pengurus tahun ini telah melaksanakan beberapa kegiatan berskala kecil menyambut rapat kerja, seperti pelatihan menulis berita, audiensi dengan beberapa lembaga kemahasiswaan menyambut hari pohon, dan lain-lain.  Berlokasi di Tanjung Bayang di Pondok Raihan 1, bersama angin kencang, suara deru ombak, dan hujan yang sesekali menghiasi suasana rapat kerja ini tidak menjadi penghalang. Perencanaan program kerja pada setiap biro sendiri tetap mengacu terhadap garis besar haluan kerja, yang d